• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Notary Magazine
Advertisement
  • Home
  • About Us
  • Research Gate
    • All
    • Land
    JERAT HUKUM PPH ATAS TANAH BANGUNAN DI LINGKUNGAN PROFESI PPAT

    JERAT HUKUM PPH ATAS TANAH BANGUNAN DI LINGKUNGAN PROFESI PPAT

    BABAK BARU SETELAH PUTUSAN BEBAS MURNI SANG NOTARIS ADALAH KASASI

    BABAK BARU SETELAH PUTUSAN BEBAS MURNI SANG NOTARIS ADALAH KASASI

    Terbang Bersama Prabu Capung Mas Mengangkat Budaya Nusantara

    Sistematika Pembuatan Perjanjian Notariil dan Pertanahan

    MENGGUGAT NOTARIS (2)

    Meraba tujuan dan Fungsi Bank Tanah

    Eksistensi MP3 PPAT Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jabatan Secara Profesional

    Eksistensi MP3 PPAT Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jabatan Secara Profesional

    Peluang dan Tantangan Investasi Sektor Pariwisata Di Era New Normal

    ANOTASI TERHADAP PUTUSAN MK TENTANG UUJN

  • Property
  • Notary Asks
No Result
View All Result
  • Home
  • About Us
  • Research Gate
    • All
    • Land
    JERAT HUKUM PPH ATAS TANAH BANGUNAN DI LINGKUNGAN PROFESI PPAT

    JERAT HUKUM PPH ATAS TANAH BANGUNAN DI LINGKUNGAN PROFESI PPAT

    BABAK BARU SETELAH PUTUSAN BEBAS MURNI SANG NOTARIS ADALAH KASASI

    BABAK BARU SETELAH PUTUSAN BEBAS MURNI SANG NOTARIS ADALAH KASASI

    Terbang Bersama Prabu Capung Mas Mengangkat Budaya Nusantara

    Sistematika Pembuatan Perjanjian Notariil dan Pertanahan

    MENGGUGAT NOTARIS (2)

    Meraba tujuan dan Fungsi Bank Tanah

    Eksistensi MP3 PPAT Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jabatan Secara Profesional

    Eksistensi MP3 PPAT Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jabatan Secara Profesional

    Peluang dan Tantangan Investasi Sektor Pariwisata Di Era New Normal

    ANOTASI TERHADAP PUTUSAN MK TENTANG UUJN

  • Property
  • Notary Asks
No Result
View All Result
Notary Magazine
No Result
View All Result
Home news

Terbang Bersama Prabu Capung Mas Mengangkat Budaya Nusantara

Redaksi by Redaksi
Desember 1, 2019
in news
0
0
SHARES
59
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

(Denpasar, Bali) Tak ada batasan usia untuk mencintai budaya. Bagaimana pula mau dibatasi bila menjaring anak yang mau belajar menari saja sekarang ini sulit. Banyak anak-anak diberbagai penjuru kota di Nusantara lebih tertarik belajar gaya hiphop ataupun dancer modern.

Perkumpulan Among Budaya Capung Mas disingkat Prabu Capung Mas, yang dibentuk tahun 2016 ini adalah paguyuban yang peduli pada kelanjutan kesenian Nusantara. Ini memang bukanlah perkara yang mudah, dan
menurut Ketua Umum Prabu Capung Mas, pengurus tanpa lelah akan selalu berusaha ikut mencerdaskan anak bangsa ini dengan cara mencintai budaya peninggalan warisan budaya nenek moyang kita.

I Made  Pria Dharsana

Bersama sekelompok orang yang punya pemahaman yang sama akan cinta budaya nusantara, bertekad melestarikan budaya Indonesia yang adi luhung. Dengan latar belakang anggota dengan pendidikan dan profesi yang berbeda, baik sebagai budayawan, aktifis sosial , dosen dan juga para praktisi hukum. Mereka percaya bahwa identitas Bali diperoleh dari budayanya yang khas, tapi mereka ingin memperkokoh keberadaan budaya dari daerah lain yang juga memiliki khasanah budaya yang tinggi.

Para budayawan Prabu Capung Mas juga meyakini pencapaian pemahaman nilai-nilai budaya daerah lain merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seniman karena akan berdampak dalam upaya menjaga kualitas keharmonisan dan keserasian antara sesama pengiat seni, sesuai tujuan akhir Prabu Capung Mas, yaitu ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui kebudayaan.

Apa maknanya, pengiat budaya dari Bali ini menamakan paguyubannya dengan nama Prabu Capung Mas, mungkin para pendiri paguyuban budaya ini mengkaitkan dengan alam bawah sadar dan pikiran yang beriringan dengan hal itu. Capung tentunya begitu dikenal banyak orang sering terbang di atas permukaan air dan menimbulkan riak kecil dengan sentuhan lembut kakinya.

Jika boleh mengikuti alur pikiran alam bawah sadar manusia juga sangat dipercaya juga melakukan hal yang sama. Dan simbolisme capung ini dipilih para “Among Budaya” ini dengan logika bahwa pikiran bawah sadar memiliki kemampuan untuk membiarkan pikiran yang lebih dalam muncul kembali ke permukaan, sama seperti ketika capung menyentuh permukaan air dan membuat riak di air yang tenang.

Dengan demikian, simbolisme ini membuat para pendiri Prabu Capung Mas berpikir lebih dalam, berusaha menyelami lipatan-lipatan pikiran dan dan akar budaya bangsa ini yang begitu kaya akan aneka ragam budayanya. Dan Prabu Capung Mas menurut Penasehat perkumpulan budaya ini, I Made Pria Dharsana yang dimintai komentarnya di Kroffee Jalan Pudak 2 Kreneng, Denpasar – Bali, (11/11) mencoba untuk merenunginya.

“Simbolisme lain terkait dengan capung adalah kenyataan bahwa riak yang ditimbulkan oleh kaki capung saat terbang hanyalah fenomena permukaan. Itu sebab, kenapa Prabu Capung As ini dilahirkan dan semata-mata untuk memahami segala sesuatunya dengan lebih jernih, kita harus berani menyelam lebih dalam tentu budaya itu sendiri,” terang Made.

Tentu saja lanjut Made ini tidak hanya berlaku saat kita berhubungan dengan orang lain, namun lebih penting lagi saat berusaha untuk mengenal budaya kita sendiri. Karena itu, menyelamlah sedalam mungkin untuk memahami seutuhnya budaya Nusantara yag adi luhung, baru kemudian berusaha untuk menyelami budaya luar.

Eka Mahardika

Filosofinya sederhana, “Capung adalah simbol dari seberapa baik kita harus menjalani kehidupan tidak peduli seberapa singkat waktu yang kita miliki tapi tentu saja harus punya manfaat”.

Itu sebab, lanjut Made, Prabu Capung Mas memiliki tujuan agar Budaya Nusantara menjadi “Raja (Prabu)” di negerinya sendiri dan semua yang di dalamnya berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan tujuan meraih “Keemasan”.

Upaya Prabu Capung Mas Menjaga Warisan Budaya Nusantara.

Sementara dalam konsep pelestarian budaya menurut Ketua Prabu Capung Mas, Eka Mahardika pada kesempatan yang sama di Kroffe, Denpasar Bali, diharapkan bisa dilakukan melalui gerakan kebudayaan yang kemudian diteruskan dengan perjuangan budaya bisa melalui diskusi budaya, seminar, sarasehan, serta pagelaran budaya.

 

Dosen Fiisipol, Univrtsitas Marwadewa ini kemudian mengutip pernyataan mendiang almarhum Presiden Soekarno, dalam satu pidatonya mengatakan, “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Dan kalau jadi hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang islam jangan jadi orang Arab, kalau kristen jangan jadi orang yahudi, tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini”.

Eka mengungkapkan negeri kepulauan yang kaya akan keunikan budaya dan terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Mianggas sampai pulau Rote yang banyak menyimpan kekayaan kebudayaan dimana beranekaragam yang unik sehingga sangat menarik, dimana pada era yang modern saat ini tidak sedikit masyarakat di Indonesia yang meniru atau bahkan menganut budaya asing dan telah melupakan budayanya sendiri.

“Belum lagi, dengan adanya perkembangan disrupsi digital teknologi pada era sekarang ini dengan masuknya budaya asing yang telah menjadikan kebudayaan daerah tergerus secara perlahan,” ujar Eka.

Lebih jauh Eka mengatakan bahwa Prabu Capung Mas adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian berbagai seni dan kebudayaan di Indonesia. Dididirikan pada tahun 2016, aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada edukasi kebudayaan, yang tidak hanya fokus pada satu bidang seni, berbagai upaya akan selalu dikemas dalam sebuah diskusi, residensi dan lokakarya maupun pagelaran dalam rangka menjaga sekaligus membangkitkan gaerah berbudaya masyarakat Indonesia.

Semua jenis kegiatan di Prabu Capung Mas mencakup program anak-anak, sendra tari, konser musik, pementasan teataer, pemutaran film, pembacaan karya sastra, ceramah dan berbagai aktivitas lainnya yanh dirancang berdasarkan arahan dari Dewan Pertimbangan Bentara Budaya Prabu Capung Mas yang terdiri dari para akademisi, kritikus dan praktisi seni.

“Prabu Capung Mas mencoba menggaerahkan kembali dengan mengkronologikan dinamika pelestarian budaya melalui peran media yang bisa merefleksikan aktivitas budaya dengan berbagai dialog kebudayaan dengan melihat sejarah, untuk mengundang masyarakat peka merespons isu-isu pelestarian kebudayaan nusantara,” terang Eka.

“Bukannya sekadar mencintai tapi juga menjaga, melestarikan serta mengembang kan kebudayaan kita. Kami tidak mengkhusus kan diri budaya Bali saja tapi semua kekayaan budaya nusantara yang ada. Siapa lagi yang akan menjaga warisan budaya kalau bukan kuta- kita sebagai anak bangsa. Dan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai kebudayaannya,” ujar Eka.

Eka menilai, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan terdiri dari banyak macam keanekaragaman baik suku, ras, agama, budaya, dan tradisi. Tentu semua perbedaan itu dijadikan menjadi satu yaitu menjadi Bangsa Indonesia. Penyatuan dari berbagai keanekaragaman itu tidak lepas dari semboyan utama bangsa kita yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu.

Berbicara mengenai budaya, lanjut Eka sekarang ini sudah jarang adanya pelestarian pelestarian tentang kesenian dan kebudayaan asli Indonesia. Budaya budaya asli Indonesia perlahan lahan mulai memudar, dan yang lebih berkembang malah budaya barat, dan mirisnya lagi ketika harus melihat bahwa kebudayaan asli Indonesia malah dimainkan oleh orang asing bahkan ada pula kebudayaan tersebut diambil oleh bangsa asing. Betapa mirisnya melihat kebudayaan asli Indonesia yang melambangkan jati diri keaslian Indonesia harus diambil oleh bangsa lain.

Eka mengungkapkan Prabu Capung Mas tengah mengumpulkan literasi baru di era ini, yakni literasi data sejarah kebudayaan nusantara, dan literasi kebudayaan negara-negara lain. Literasi baru di era Revolusi Industri 4.0 ini diharapkan bisa mendorong implementasi pelesatrian kebudayaan untuk menjadi pembelajar sepanjang masa, agar mampu beradaptasi dan berkembang dengan baik dalam menghadapi tantangan global di era Revolusi Industri 4.0 dan era selanjutnya sebagaimana harapan Presiden Jokowi untuk ikut bersama meningkatkan Sumber Daya Manusia masyarakat Indonesia yang memiliki SDM unggul.

“Bali ini berada di Indonesia bagian tengah dan diharapkan bisa jadi penghubung antar daerah timur dan barat. Saya berharap apa yang menjadi tujuan Prabu Capung Mas ini paling tidak bisa memberikan konstrubusi positif bagi pelestarian kebudayaan Nusantara,” ujar Eka mengakhiri wawancaranya dengan Notary . (Pm14)

Previous Post

Pentingnya Peningkatan Kualitas Calon Notaris

Next Post

Kode Etik Bukan Sekadar Hapalan!

Redaksi

Redaksi

Next Post
Kode Etik Bukan Sekadar Hapalan!

Kode Etik Bukan Sekadar Hapalan!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Recent News

IKANO UNPAD SOLIDARITY & CHARITY KORBAN LONGSOR DI KABUPATEN SUMEDANG

IKANO UNPAD SOLIDARITY & CHARITY KORBAN LONGSOR DI KABUPATEN SUMEDANG

Januari 19, 2021
Team Gowes The Spirit of New Year 2021, Ikano Unpad

Team Gowes The Spirit of New Year 2021, Ikano Unpad

Januari 17, 2021
Ngaji Dulu Yu, Dengan Takwa dan Tawakal bersama Ustadz Handy Bonny

Ngaji Dulu Yu, Dengan Takwa dan Tawakal bersama Ustadz Handy Bonny

Januari 15, 2021
Presiden Jokowi Serahkan Ribuan Sertifikat Tanah

Presiden Jokowi Serahkan Ribuan Sertifikat Tanah

Januari 5, 2021

Notary Magazine

Notary Magazine adalah majalah informasi profesi Notaris, PPAT, keagrariaan dan hukum

Follow Us

Browse by Category

  • Banking
  • Land
  • Moot
  • news
  • Politics of Laws
  • Research Gate
  • Travel
  • World Notary

Recent News

IKANO UNPAD SOLIDARITY & CHARITY KORBAN LONGSOR DI KABUPATEN SUMEDANG

IKANO UNPAD SOLIDARITY & CHARITY KORBAN LONGSOR DI KABUPATEN SUMEDANG

Januari 19, 2021
Team Gowes The Spirit of New Year 2021, Ikano Unpad

Team Gowes The Spirit of New Year 2021, Ikano Unpad

Januari 17, 2021
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2018 Notary magazine - Powered by Sentramultimedia.

No Result
View All Result
  • Tentang Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Hubungi Kami
  • Kategori Berita
    • Research Gate
    • Property

© 2018 Notary magazine - Powered by Sentramultimedia.